Adanya peraturan baru tentang PPDB sekolah,

PPDB tahun ajaran 2019/2020 memang tidak seperti tahun sebelumnya, merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 51 Tahun 2018. Pemerintah Kota Malang mengeluarkan Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2019 tentang penerimaan peserta didik baru.

Ada tiga jalur penerimaaan yakni zonasi, prestasi dan mutasi perpindahan alamat tinggal. Untuk zonasi kuota atau pagu penerimaan mencapai 90 persen, prestasi dan mutasi masing-masing 5 persen. Calon peserta didik baru dapat mendaftar di SMP negeri yang terdekat dengan alamat tinggal (kelurahan).
Hmmm, gimana ya?
“Guru yang berkualitas tidak boleh hahnya berada di sekolah tertentu. Selama ini sudah terlanjur tertanam jika guru SMP 1, SMP 3, SMP 5 kualitasnya lebih baik dibanding dengan guru SMP lainya, kedepan tidak ada lagi pengelompokan seperti itu,”imbuhnya. Sumber: http://harianbhirawa.com/wali-kota-malang-bersikukuh-zonasi-ppdb-upaya-pemerataan-pendidikan/
Kebetulan aku sekolah di SMP dan SMA yang 'favorit' yaitu di SMP 3 dan SMA 1 (Tugu) Malang. Alasan orang-orang memilih sekolah 'favorit' menurutku ada 4, fasilitas, gengsi, biaya, atau pergaulan. Kalau aku sendiri gak keempatnya, saat SMP aku hanya mengikuti arahan ibuku saja, tapi saat kelas 6 juga ada perasaan masuk ke SMP 'favorit' adalah pencapaian dan bila dicapai itu sebuah pencapaian yang bagus. Saat pendaftaran SMA, aku mulai ada rasa gengsi, ikut-ikutan temen, namanya juga remaja sukanya dipandang 'superior'. Harusnya rasa 'superior' ini akan berkurang dengan pemerataan kualitas sekolah dengan jalan zonasi sekolah, kayak di Jepang, semua sekolah bagus, jadinya ya gausah mikir dua kali.

Pertama, di sekolah macam sekolahku ini, gak SMP dan SMA berisi guru-guru yang bisa dibilang terbaik, berprestasi, yagitudeh, guru-guru berprestasi itu dipindahkan dari sekolah-sekolah yang 'kurang' sehingga ya tambah timpang. Isi-isi sekolah ini juga kebanyakan orang terpandang, klo gagitu kaya, hmm rahasia umum ya. Jadinya untuk kegiatan sekolah juga lebih lancar berkat donatur dari orang tua, taulah ada fulus semua mulus. Juga dari sisi akreditasi sekolah juga ngaruh kan, nilai 80 disini ama disana beda, jelas kalau ntar SNM dirugikan, kalau SNM mau dirugikan aku agak kecewa sih, masa iya aku dah belajar cape-cape gada reward, tapi ya ntar siswa2 ni pada cuma kejar nilai, hmm ribet ya, kita bahas di lain sesi aja haha. Juga untuk bangunan sekolah, aku bakalan seneng kalau tinggal di pusat kota karena udah pasti bangunannya bagus, tapi kalau dipinggir bangunannya aja udah reyot mau rubuh, ga terawat, sedih. Harusnya seenggaknya dari fisik dibenerin dulu, yah tapi yang penting mulai dulu(?)

Kedua, gengsi. Aku melihat sendiri banyak anak yang punya orang tua berduit, ada jabatan yang nilainya gacukup untuk ke sekolah 'favorit', apalagi ada 'koneksi, waduh, akan masukin anaknya pada semester selanjutnya ke sekolah 'favorit', kenapa? Mungkin balik lagi ke 4 alasan tadi, tapi menurutku gengsi sih, dilihat dari postingan instagramnya yang ada cuma saat lagi pakai seragam sekolah 'favorit'. Kebanyakan juga anaknya 'ricuh', kebanyakan loh ya, aduh pokoknya modal haha hihi, nilainya juga amburadul, entah ada masalah apa gimana, tapi aku kasian karena anak2 gitu apa ga kena tekanan dari temen2nya yang lebih 'di atasnya', tapi yaudah sih bukan urusanku juga, lagian kan kaya raya. Ga semua negatif sih, ada yang bisa ngikutin dan bisa nyaingin yang lainnya, mungkin aja kan saat UN dia lagi kacau padahal aslinya pinter dan niat.

Ketiga, ada di pertimbangan biaya, swasta ya banyak yang bagus tapi mahal, tapi kebanyakan udah subsidi silang kan. Mungkin ada anak yang harus bantu-bantu cari duit, pikirannya bukan cuma untuk sekolah, klo dapet sekolah negeri dan KIP pasti jauh lebih melegakan.

Keempat, pergaulan. Aduh rahasia umum juga kalau sekolah yang 'kurang' itu anak-anaknya lebih 'berani', masak iya ada ortu mau nyekolahkan anaknya dengan pergaulan yang gajelas. Iya emang bisa dibimbing ortu, lah tapi kan pagi sampe sore di sekolah, malem di rumah juga buat tidur doang, jadi kapan ndidiknya nih. Inilah pentingnya peran guru. Nah mungkin dengan penyebaran kualitas siswa bakal mengurangi ketimpangan sosial ini?

Dari berbagai pertimbangan di atas menurut kalian gimana? Btw gatau tahun depan ya, beda pemerintahan beda kebijakan wkwk, banyak orang yang bilang kita jadi kelinci percobaan, ya gimana lagi. Lagian pemerintah juga lagi nglakuin trial and error, klo ga berkembang ya ganti kebijakan, sebenarnya dengan K13, soal HOTS, dan zonasi ini sudah mengarah ke jalan yang benar, cuma pelaksanaanya ini yang jadi pertanyaan, apakah sudah sesuai?